
Perkutut penyelamat Prabu Siliwangi
Maret 22, 2025
Comment

Perkutut adalah satu jenis burung yang sangat digemari sejak dahulu di tanah Jawa. Suara kicauannya sangat merdu dan mampu menarik hati siapa pun yang mendengarnya. Konon, ada sebuah kisah tentang burung perkutut penyelamat prabu Siliwangi. Percaya atau tidak? Baca saja kisahnya di sini.
Amuk Marugul adalah seorang raja di Japura Cirebon yang memiliki hubungan dekat dengan Ki Ageng Tapa yang menjabat sebagai Mangkubumi di Sing Apura. Kedua kerajaan tersebut masih merupakan bawahan dari Kerajaan Galuh yang berkedudukan di Kawali. Amuk Marugul adalah keponakan dari Ki Ageng Tapa dan sama-sama keluarga dari Prabu Niskala Wastu Kancana, ayah sang Pamanah Rasa.
Pada suatu hari, Ki Ageung Tapa mengadakan sayembara untuk mencari calon menantu bagi puteri kesayangannya, Nyi Subang Larang. Pada kesempatan itu, Amuk Marugul menjadi salah satu peserta yang ikut bersaing dengan para peserta lainnya.
Sayembara dengan hadiah jadi menantu Ki Ageng Tapa itu diikuti oleh puluhan orang yang saling unjuk kebolehan dalam bertarung. Dalam sayembara tersebut, Amuk Marugul menjadi yang tidak terkalahkan, Ia dengan mudah mengalahkan semua lawan-lawannya.
Dari sekian banyaknya peserta, ada putra Dewa Niskala yang diam-diam ikut sayembara yaitu Jayadewata atau Pamanah Rasa yang saat itu menyamar sebagai orang biasa. Seperti Amuk Marugul, Pamanah Rasa pun menjadi peserta yang tidak terkalahkan.
Pada akhirnya, semua lawan satu persatu tumbang dan hanya menyisakan dua orang kandidat juara saja yaitu Pamanah Rasa dan Amuk Marugul. Keduanya kemudian bertemu dalam acara puncak.
Amuk Marugul memang sudah terkenal sebagai raja yang gagah dan bisa bertindak kejam jika terpojok. Hal ini tentu saja membuat Ki Purwakalih yang mendampingi Pamanah Rasa merasa khawatir.
Beberapa hari menjelang acara puncak, Amuk Marugul mendatangi gurunya dan diberikan teknik mematikan pada lawan tarungnya nanti. Semua percakapan antara Amuk Marugul dan gurunya itu didengar oleh si perkutut. Setelah itu, perkutut itu pun kembali dan hinggap di puncak Ki Purwakalih.
Dengan kedalaman ilmunya, Ki Purwakalih mampu mengetahui apa yang telah didengar maupun dilihat oleh burung kesayangannya itu. Setelah itu, ia memanggil Pamanah Rasa lalu menyuruhnya untuk berpenampilan seperti orang gila saat acara puncak nanti.
Dan jangan pernah bertatapan dengan Amuk Marugul, lalu Pamanah Rasa harus sebisa mungkin mencabut rambut Amuk Marugul barang sehelai. Setelah itu, rambutnya diludahi lalu diinjak di atas tanah. Meski pada awalnya Pamanah Rasa merasa ragu dan aneh, namun ia tetap mengikuti apa yang disuruh oleh Ki Purwakalih.
Acara pertarungan final digelar di tengah alun-alun Mertasinga di Sing Apura. Para pejabat dan menak-menak turut hadir di tempat duduk VIP. Sementara di arena dua orang yang tampil mempunyai penampilan yang berbeda. Yang satu terlihat gagah dengan atribut kerajaan, sedangkan yang satu lagi berpenampilan lusuh dengan rambutnya yang kusut, pakaiannya pun compang camping.
Hal ini tentu membuat para penonton dibuat kagum bercampur lucu dan kebingungan. Apalagi Nyi Subang Larang, Ia merasa cemas jika orang gila tersebut berhasil mengalahkan Amuk Marugul. Apa kata orang nanti jika dirinya bersuamikan orang gila, begitu isi di dalam pikirannya.
Menjelang siang, pertarungan dimulai. Keduanya terlibat dalam saling adu kekuatan. Pamanah Rasa mengikuti apa yang diamanatkan oleh Ki Purwakalih. Ternyata dampaknya sangat luar biasa, Amuk Marugul jadi bergerak tidak tentu arah, sampai rambutnya pun beberapa kali berhasi dicabut oleh Pamanah Rasa.
Setiap kali Amuk Marugul mendekat, Pamanah Rasa melompat dari panggung lalu menginjak-injak rambut yang baru dicabutnya ke tanah. Hal itu membuat Amuk Marugul hanya bisa melongo kebingungan, sampai kemudian sebuah pukulan telah menghajar dagu Amuk Marugul.
Pukulan itu menjatuhkan Amuk Marugul yang langsung diikuti oleh serangan lanjutan dari Pamanah Rasa sampai lawannya itu tidak berkutik dan tergeletak pingsan. Yang tak kalah hebohnya adalah Nyi Subang Larang, ia pun ikutan pingsan setelah tahu yang memenangkan pertandingan adalah orang gila yang tadi.
Kemenangan Pamanah Rasa di sambut oleh Ki Ageng Tapa dengan memberinya ucapan selamat. Pada saat itu, Pamanah Rasa diberi pakaian yang lebih layak dan disuruh untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Pamanah Rasa
Setelah mandi dan berpakaian yang bagus, wajah asli Pamanah Rasa pun muncul. Oleh Ki Ageng Tapa, Pamanah Rasa disuruh masuk menemui Nyi Subang Larang di dalam kamarnya.
Nyi Subang Larang yang baru saja siuman dari pingsannya, Ki Ageung Tapa mengatakan bahwa pria gagah perkasa inilah yang akan menjadi suaminya karena berhasil mengalahkan Amuk Marugul. Tetapi Nyi Subang Larang kembali pingsan, karena kaget bertemu kembali dengan pemuda tampan yang dahulu pernah ditemuinya di pondok Syekh Quro. Alhasil Ki Ageng Tapa dan Pamanah Rasa menjadi panik dan berusaha membangunkan Nyi Subang Larang.
Sementara di teras pendopo, Ki Purwakalih tersenyum sambil bersenandung mendengarkan kicauan suara perkutut kesayangannya, sigaling-galing.
Pada suatu hari, Ki Ageung Tapa mengadakan sayembara untuk mencari calon menantu bagi puteri kesayangannya, Nyi Subang Larang. Pada kesempatan itu, Amuk Marugul menjadi salah satu peserta yang ikut bersaing dengan para peserta lainnya.
Sayembara dengan hadiah jadi menantu Ki Ageng Tapa itu diikuti oleh puluhan orang yang saling unjuk kebolehan dalam bertarung. Dalam sayembara tersebut, Amuk Marugul menjadi yang tidak terkalahkan, Ia dengan mudah mengalahkan semua lawan-lawannya.
Dari sekian banyaknya peserta, ada putra Dewa Niskala yang diam-diam ikut sayembara yaitu Jayadewata atau Pamanah Rasa yang saat itu menyamar sebagai orang biasa. Seperti Amuk Marugul, Pamanah Rasa pun menjadi peserta yang tidak terkalahkan.
Pada akhirnya, semua lawan satu persatu tumbang dan hanya menyisakan dua orang kandidat juara saja yaitu Pamanah Rasa dan Amuk Marugul. Keduanya kemudian bertemu dalam acara puncak.
Amuk Marugul memang sudah terkenal sebagai raja yang gagah dan bisa bertindak kejam jika terpojok. Hal ini tentu saja membuat Ki Purwakalih yang mendampingi Pamanah Rasa merasa khawatir.
Beberapa hari menjelang acara puncak, Amuk Marugul mendatangi gurunya dan diberikan teknik mematikan pada lawan tarungnya nanti. Semua percakapan antara Amuk Marugul dan gurunya itu didengar oleh si perkutut. Setelah itu, perkutut itu pun kembali dan hinggap di puncak Ki Purwakalih.
Dengan kedalaman ilmunya, Ki Purwakalih mampu mengetahui apa yang telah didengar maupun dilihat oleh burung kesayangannya itu. Setelah itu, ia memanggil Pamanah Rasa lalu menyuruhnya untuk berpenampilan seperti orang gila saat acara puncak nanti.
Dan jangan pernah bertatapan dengan Amuk Marugul, lalu Pamanah Rasa harus sebisa mungkin mencabut rambut Amuk Marugul barang sehelai. Setelah itu, rambutnya diludahi lalu diinjak di atas tanah. Meski pada awalnya Pamanah Rasa merasa ragu dan aneh, namun ia tetap mengikuti apa yang disuruh oleh Ki Purwakalih.
Acara pertarungan final digelar di tengah alun-alun Mertasinga di Sing Apura. Para pejabat dan menak-menak turut hadir di tempat duduk VIP. Sementara di arena dua orang yang tampil mempunyai penampilan yang berbeda. Yang satu terlihat gagah dengan atribut kerajaan, sedangkan yang satu lagi berpenampilan lusuh dengan rambutnya yang kusut, pakaiannya pun compang camping.
Hal ini tentu membuat para penonton dibuat kagum bercampur lucu dan kebingungan. Apalagi Nyi Subang Larang, Ia merasa cemas jika orang gila tersebut berhasil mengalahkan Amuk Marugul. Apa kata orang nanti jika dirinya bersuamikan orang gila, begitu isi di dalam pikirannya.
Menjelang siang, pertarungan dimulai. Keduanya terlibat dalam saling adu kekuatan. Pamanah Rasa mengikuti apa yang diamanatkan oleh Ki Purwakalih. Ternyata dampaknya sangat luar biasa, Amuk Marugul jadi bergerak tidak tentu arah, sampai rambutnya pun beberapa kali berhasi dicabut oleh Pamanah Rasa.
Setiap kali Amuk Marugul mendekat, Pamanah Rasa melompat dari panggung lalu menginjak-injak rambut yang baru dicabutnya ke tanah. Hal itu membuat Amuk Marugul hanya bisa melongo kebingungan, sampai kemudian sebuah pukulan telah menghajar dagu Amuk Marugul.
Pukulan itu menjatuhkan Amuk Marugul yang langsung diikuti oleh serangan lanjutan dari Pamanah Rasa sampai lawannya itu tidak berkutik dan tergeletak pingsan. Yang tak kalah hebohnya adalah Nyi Subang Larang, ia pun ikutan pingsan setelah tahu yang memenangkan pertandingan adalah orang gila yang tadi.
Kemenangan Pamanah Rasa di sambut oleh Ki Ageng Tapa dengan memberinya ucapan selamat. Pada saat itu, Pamanah Rasa diberi pakaian yang lebih layak dan disuruh untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Pamanah Rasa
Setelah mandi dan berpakaian yang bagus, wajah asli Pamanah Rasa pun muncul. Oleh Ki Ageng Tapa, Pamanah Rasa disuruh masuk menemui Nyi Subang Larang di dalam kamarnya.
Nyi Subang Larang yang baru saja siuman dari pingsannya, Ki Ageung Tapa mengatakan bahwa pria gagah perkasa inilah yang akan menjadi suaminya karena berhasil mengalahkan Amuk Marugul. Tetapi Nyi Subang Larang kembali pingsan, karena kaget bertemu kembali dengan pemuda tampan yang dahulu pernah ditemuinya di pondok Syekh Quro. Alhasil Ki Ageng Tapa dan Pamanah Rasa menjadi panik dan berusaha membangunkan Nyi Subang Larang.
Sementara di teras pendopo, Ki Purwakalih tersenyum sambil bersenandung mendengarkan kicauan suara perkutut kesayangannya, sigaling-galing.
0 Response to "Perkutut penyelamat Prabu Siliwangi"
Posting Komentar