Ciliwung riwayatmu dulu ...

Ciliwung riwayatmu dulu ...



Andai saja manusia dapat mendengar, tentulah mereka akan mendengar bagaimana sungai Ciliwung saat ini sedang menangis sedih karena kawasannya telah hancur berantakan oleh peradaban yang kurang beradab.

Dahulu sungai Ciliwung masih sangat bening airnya. Juga masih banyak ditemukan beragam jenis ikan yang berenang bercengkerama di antara bebatuan tanpa takut menghirup sampah maupun limbah.

Ikan-ikan yang dahulu pernah berhabitat di Ciliwung seperti tawes, benteur, paray, julung-julung, soro, berot, belida, arelot dan udang akar perlahan menghilang digantikan busa racun deterjen yang memusahkan satwa-satwa air dan ikan-ikan kecil di dalamnya.

Saat panas terik matahari membakar bumi, Sungai Ciliwung menjadi penghilang lesunya badan dengan mandi berenang mengikuti alirannya. Tapi sekarang, gundukan sampah menjadi penghalang untuk kita menceburkan badan ke dalamnya.

Ciliwung riwayatmu dulu ..

Padahal dahulu Sungai Ciliwung dengan airnya yang bening dan bersih pernah membuat Batavia dijuluki “Queen of the East”. Orang-orang Belanda memanfaatkan air sungainya untuk berbagai kebutuhan. Tapi itu cerita masa lalu, karena setelah Batavia berkembang menjadi kota modern menjelang abad 19, Sungai Ciliwung mulai terjangkit limbah-limbah yang berasal dari kawasan pemukiman. Alhasil, pemerintah kota Batavia mencari sumber air alternatif, yaitu dengan mendirikan sumber mata air bersih di daerah Buitenzorg.

Dalam bahasa Sunda dan Pantun Bogor, Ciliwung disebut dengan Tjihaliwung (1657). Kondisi ini sangatlah nyata dengan keadaan sekarang. Manusia telah menjadi liwung, liwung kepada jati diri, liwung karena kebutuhan materi yang menjadikan buta hati.

Cerita tentang Ciliwung banyak ditemukan dalam sastra-sastra Sunda yang berupa guguritan kalimat pupuh. Namun sayangnya, tidak banyak orang tahu rahasia Ciliwung, karena yang mereka tahu adalah saat airnya meluap, banyak orang mengumpat dan menyalahkan Ciliwung.

Apakah itu berarti, orang masa kini telah liwung …

“Henteu surud liwung, teuteuleuman kokojayan di ciliwung nunjang ngidul, Siliwangi nuus di Pamoyanan”

Itulah bait dalam guguritan yang mengisahkan Pajajaran dan Ciliwung. Dalam cerita Lutung Kasarung, Ciliwung juga kerap disebut-sebut.

Aliran Sungai Ciliwung yang mempunyai bagian paling dalam disebut Leuwi Sipatahunan. Dahulu, leuwi Sipatahunan berada di dalam area Kebun Raya Bogor. Konon, di tempat inilah Putri Purbasari sering mandi dan bermain-main dengan perahunya.

Dalam mitologi mengenai Kian Santang, dikisahkan ada sebuah gua setinggi kuda tunggangan di tebing Ciliwung yang konon cukup dalam dan bisa tembus ke Pelabuhan Ratu. Namun ini hanyalah salah satu mitos saja yang dibuat oleh sastrawan baheula.

Mitos yang tidak kalah hebohnya adalah di Leuwi Sipatahunan ini konon terdapat mutiara atau batu permata biduri / batu mirah yang hilang saat Putri Purbasari sedang mandi bersama putri-putri lainnya di sekitar sungai ini. Hingga kini, belum ada satu pun paranormal maupun ahli kebatinan yang mengaku berhasil menemukan batu permata tersebut.

Cerita dan legenda mengenai sungai ini akan terus berlanjut seperti halnya Ciliwung yang tak pernah berhenti mengalirkan airnya.


0 Response to "Ciliwung riwayatmu dulu ..."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel