Asal usul Jembatan MA Salmun Ciwaringin

Asal usul Jembatan MA Salmun Ciwaringin

sal Usul Jembatan M.A. Salmun

Jembatan M.A. Salmun dahulu bernama Jembatan Anyar karena letaknya yang tidak jauh dari Pasar Anyar. Di masa lalu, jembatan ini bernama de witte brug yang berarti Jembatan Putih, penduduk sekitar menyebutnya sebagai jembatan Ciwaringin atau Jembatan Pabrik gas.

Jembatan yang menghubungkan Jalan Pabrik Gas dengan Pasar Anyar ini diperkirakan sezaman dengan Jembatan Merah yang berada di ujung dari Jalan Mayor Oking. Namun dari catatan Batavia Niuwsblad, jembatan Anyar mulai resmi digunakan sejak tahun 1930.

Dibutuhkannya jembatan baru di Pasar Anyar ini tidak lain adalah untuk kepentingan distribusi gas dari Pabrik Gas yang berada di dekat Jembatan ini. Selain itu juga untuk memenuhi keinginan rakyat yang ingin kemudahan akses menuju pasar dan stasiun dari Jalan Merdeka atau TJikemeuh.

Penduduk sekitar menyebut nama jembatan ini dengan nama jambatan bodas karena cat dinding jembatan yang berwarna putih. Orang-orang Belanda menyebutnya de Witte Brug, namun banyak juga yang menyebutnya dengan nama Jembatan Anyar atau Jembatan Ciwaringin.

Arsitektur jembatan M.A. Salmun memiliki kesan indah dengan pagar jembatan dihiasi tiang-tiang lampu berbahan gas yang menerangi jalanan di malam hari. Seiring perjalanan waktu, jembatan ini pun mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman.

Pada tahun 1982, Jembatan Anyar direnovasi dengan melebarkan ukuran jembatan dan meninggikan trotoar. Setelah itu, jembatan ini memiliki nama baru yaitu Jembatan M.A. Salmun sesuai nama jalan yang melintasinya yaitu Jalan M.A. Salmun.


Foto-foto Jembatan MA Salmun dari masa ke masa 

Jembatan MA Salmun dulu bernama Witte Brug tahun 1930

Jembatan Ciwaringin atau Jembatan Pabrik Gas



M.A.Salmun Pujangga Jawa Barat

M.A. Salmun adalah pujangga besar Jawa Barat yang telah melahirkan karya-karya tulisan dan sastra Sunda. Nama lengkapnya adalah Mas Atje Salmun Raksadikaria yang lahir pada 23 April 1903 di Rangkasbitung. Beliau wafat pada 10 Februari 1972 dalam usia 69 tahun dan dimakamkan di TPU Blender, Kebon Pedes Kota Bogor.

Salmun dikenal juga sebagai pengarang tiga zaman dan serba bisa. Tidak hanya tulisannya saja yang terkenal, tapi juga beliau banyak berjasa di bidang kebudayaan Sunda, dan juga pendiri “sakola dalang” di Bandung pada 1965.

Di Bogor, M.A Salmun merintis majalah berbahasa Sunda di antaranya adalah Tjandra (1954), Mangle (1957) dan Sari (1963). Setelah tidak lagi menulis di Bale Pustaka, beliau menjadi pegawai di Departemen Sosial sampai pensiun. 

Namanya kini diabadikan menjadi nama sebuah Jalan yang menghubungkan Jalan Merdeka dan Jalan Dewi Sartika, Kota Bogor. Kawasan di Jalan M.A. Salmun menjadi pusat keramaian yang dipenuhi para pembeli maupun pedagang.


0 Response to "Asal usul Jembatan MA Salmun Ciwaringin"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel