Wangsakerta sang sejarawan abad 17

Wangsakerta sang sejarawan abad 17

Wangsakerta sang sejarawan abad 17


Dalam sejarah Bangsa, Pangeran Wangsakerta dari Cirebon mungkin lebih dikenal sebagai seorang kutu buku dan penggiat sejarah pertama di Indonesia. Dari kecintaannya akan sejarah itu, ia berhasil menyusun beberapa naskah-naskah kerajaan yang ada di Nusantara. 


Wangsakerta adalah pangeran dari Cirebon yang hidup pada abad ke-17. Ia merupakan anak ketiga dari Panembahan Girilaya yang berkuasa atas Cirebon dari tahun 1649 sampai dengan 1662 Masehi. 


Menurut Naskah Mertasinga Panembahan Girilaya mempunyai dua istri dan beberapa orang selir. Kedua istri Girilaya adalah Rara Kerta yang melahirkan Pangeran Martawijaya (Sultan Sepuh I) dan Ratu Mas Kirani yang melahirkan Pangeran Kertawijaya (Sultan Anom I) dan Pangeran Wangsakerta (Pakungwati).


Pangeran Kutu Buku 


Pangeran Wangsakerta adalah seorang yang gemar membaca (kutu buku), hal ini terungkap dari tulisannya dalam kata pengantar kitab Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara (Kitab tentang kerajaan-kerajaan di bumi Nusantara). 


Dari kecintaannya akan sejarah itulah, Wangsakerta yang juga memiliki nama lain Abdulkamil Muhammad Nasarudin layak mendapat julukan sebagai sejarawan pertama di Indonesia yang telah menyusun dan mengumpulkan ribuan naskah-naskah yang berasal dari kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. 


Selama penyusunan naskah-naskah tersebut, Pangeran Wangsakerta dibantu oleh beberapa orang yang tergabung dalam tim khusus. Dalam tim tersebut ia bertindak selaku pengambil keputusan, penanggung jawab dan penyunting tunggal naskah.


Dalam menjalankan kegiatannya itu, Wangsakerta mendapat dukungan dari ayahnya yaitu Panembahan Girilaya, juga Sultan Sepuh I (Cirebon), Sultan Ageng Tirtayasa (Banten), dan Sultan Amangkurat II (Mataram). 


Meskipun demikian, karya Pustaka Rajya Rajya ini dianggap oleh sebagian sarjana Indonesia "terlalu ilmiah" untuk masyarakat Indonesia yang hidup di abah 17. Padahal faktanya beberapa ratus abad sebelumnya, orang Indonesia sudah berhasil dalam menerapkan "teknologi maju" seperti pembangunan Candi Borobudur, Prambanan, Sewu, Ratubaka dan juga pembangunan Piramida di Gunung Padang.


Selain Pustaka Rajyarajya, Wangsakerta juga menulis beberapa naskah lainnya yang dilakukannya pada rantang tahun 1680-1720, di antaranya adalah: 

  • Pustaka Rajya-rajya i bhumi Nusantara,
  • Naga­rakertabhumi,
  • Pustaka Pararatwan,
  • Purwaka Caruban Nagari.


Naskah Wangsakerta 


Naskah Wangsakerta terutama kitab Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara berisikan sejarah kerajaan lengkap yang pernah berdiri di Nusantara. Sebagian kalangan menganggap isinya Kontroversial karena terlalu mendetak dan rinci dalam menceritakan sejarah Nusantara, bahkan sebelum adanya peradaban manusia modern.

 

Hal ini mungkin saja disebabkan oleh gaya penulisan Wangsakerta yang terlalu ilmiah untuk ukuran orang tempo dulu. Berbeda dengan kebiasaan menulis atau menuturkan "cerita sejarah" yang kerap dibumbui dengan unsur mitos, dongeng ataupun legenda yang tidak masuk di akal. 




0 Response to "Wangsakerta sang sejarawan abad 17"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel