Fakta Menarik Jembatan Otista Bogor

Fakta Menarik Jembatan Otista Bogor

Fakta Menarik Jembatan Otista Bogor

Masyarakat Bogor kini bisa bernafas lega setelah Jembatan Otista yang ditutup selama delapan bulan sudah diresmikan penggunaannya pada 19 Desember 2023 oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Tahukah Anda, ada beberapa fakta menarik seputar Jembatan Otista tersebut, berikut beberapa di antaranya.

Fakta menarik Jembatan Otista Bogor 

Hal menarik seputar Jembatan Otista ini adalah munculnya tiga nama yang mengiringi perjalanan sejarah jembatan tersebut yaitu Herman Thomas Karsten, Melchior Treub, dan Oto Iskandar Dinata. Siapa sajakah mereka? 

1. Herman Thomas Karsten

    Jembatan Otista didirikan pertama kali pada tahun 1920, bertepatan waktunya dengan pengembangan Buitenzorg menjadi kota modern melalui seorang ahli perancang kota Ir. Herman Thomas Karsten. Beliau adalah seorang indo-eropa (ayah Belanda-ibu Jawa Tengah) kelahiran Amsterdam 22 April 1884 danwafat di Cimahi pada 1945. 

Herman Thomas Karsten
Herman Thomas Karsten

Thomas Karsten adalah orang yang merancang kawasan pemukiman di sekitar Sempur hingga Taman Kencana. Untuk mendukung pengembangan kawasan pemukiman di sekitar Istana Bogor, maka dibangunlah dua buah jembatan yaitu Jembatan Sempur dan Jembatan Otista. 

Berbeda dengan struktur bangunan jembatan Sempur yang menggunakan konstruksi batu dan beton, jembatan otista memiliki struktur melengkung yang memberikan ciri khas tersendiri bagi jembatan ini. Oleh karena itulah, meski sudah mengalami pelebaran jembatan pada tahun 1970, namun struktur melengkung tersebut masih tetap dipertahankan. Begitu pun pada pelebaran jalan yang dilakukan tahun 2023 semasa Walikota Bima Arya., konstruksi melengkung tersebut tetap dipertahankan sesuai aslinya.


2. Melchior Treub

    Mellchior Treub adalah seorang ahli botani asal Belanda yang didatangkan khusus pada 1880 ke Hindia Belanda (nama Indonesia sebelum merdeka) untuk mengembangkan kawasan kebun percobaan yang ada di Buitenzorg. 


Melchior Treub
Melchior Treub

Pada awalnya, kebun raya masih merupakan bekas taman raya yang dididirikan oleh Thomas Stamford Raffles yang pernah menjadi Letnan Gubernur di Jawa pada 1811-1816. Lahan itu kemudian digunakan oleh para pejabat Hindia Belanda menjadi taman menunggang kuda dan juga dimanfaatkan sebagai tempat berburu rusa oleh para pejabat dan petinggi Belanda. 

Melalui pria kelahiran 26 Desember 1851 itulah Land Plantentuin (Kebun Raya) kemudian berkembang menjadi sebuah kebun penelitian botani terbesar milik Belanda pada masanya. Beberapa tanaman mulai didatangkan dari berbagai daerah dan negara, begitu pun penelitian mengenai botani mulai dilakukan dengan mendirikan beberapa institusi penelitian di dalam area Kebun Raya, termasuk laboratorium dan ruang riset. 

Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya di bidang penelitian dan botani,  jalan raya dan jembatan yang dibangun pada tahun 1920 itu dengan nama Treub Weg.


3. Otto Iskandar Di Nata

    Otto Iskandar Di Nata atau Otto Iskandardinata lahir di Bojongsoang Bandung pada 31 Maret 1897. Ayahnya merupakan orang ternama di Bojongsoang dan memiliki rumah yang cukup besar dan megah di daerah tersebut. 


Otto Iskandar Di Nata
Potret Otto Iskandar Di Nata

Sejak kecil hingga remaja, Otto adalah orang yang pemberani dan jujur dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga ia mendapat julukan Si Jalak Harupat yang artinya Ayam Jantan yang kuat atau ayam yang bersuara nyaring saat berkokok dan tidak mudah dikalahkan. Julukan terus dibawanya hingga dewasa sampai menjadi guru dan tokoh pergerakan.

Bahkan stadion sepak bola di Bandung pun diberinama sesuai julukannya yaitu Stadion Jalak Harupat. Ia pernah menjadi wasit dan memimpin klub sepak bola PERSIB yang berdiri pada 1933 di Bandung. 

Selain menjadi guru, Otto sangat tertarik kepada budaya Sunda. Pada 1928, ia bergabung dengan Paguyuban Pasundan lalu terpilih menjadi ketua umum organisasi kebudayaan. Dalam bidang politik, Otto juga ikut andil dalam perhimpunan nasional. Beberapa wadah yang diikutinya antara lain Muhammadiyah dan Boedi Oetomo sebagai Wakil Ketua cabang Bandung sejak 1921 sampai 1924. 

Otto Iskandar Dinata juga aktif sebagai anggota Volksraad, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat pada masa kolonial selama tiga periode (1931 - 1948). Sesuai julukannya sebagai Jalak Harupat, beliau selalu bersuara lantang dan memberikan kritikan keras kepada pemerintahan Kolonial apalagi jika yang berkaitan dengan rakyat atau ketidak-adilan.

Pada tahun 1942 setelah kedatangan Jepang, Otto Iskandar Dinata beralih ke dunia jurnalistik dengan menjadi pimpinan di suratkabar Tjahaja (Cahaya). Pada 1945, Otto menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Setelah Indonesia merdeka, Otto Iskandar Di Nata menempati jabatan sebagai salah seorang Menteri Negara pertama yang dibentuk paska proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada Agustus 1945. Pada 20 Desember 1945, saat masih menjabat sebagai Menteri Negara itulah, Otto Iskandar Di Nata dinyatakan menghilang dan jasadnya masih belum ditemukan keberadaannya hingga sekarang. 

Ada banyak versi mengenai menghilangnya Otto Iskandar Di Nata, di antaranya adalah bahwa ia diculik dan dibunuh oleh Laskar  Hitam yang termakan isu hoax  yang dihembuskan oleh agen-agen NICA yang menyebutkan bahwa Otto adalah mata-mata Belanda. Tanggal 6 November 1973, Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Otto Iskandar Di Nata.


0 Response to "Fakta Menarik Jembatan Otista Bogor"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel