Ternyata, di sinilah lokasi kerajaan Pajajaran

Ternyata, di sinilah lokasi kerajaan Pajajaran

Letak istana pajajaran di bogor
Daerah tempat keraton Pakuan Pajajaran berdiri memiliki curah hujan tinggi sehingga menjadikannya sebagai daerah yang sangat subur. Di sinilah Lokasi Istana Pajajaran berada.


Para penduduk Pakuan mencari nafkah dengan bercocok tanam, hasil bumi tersebut kemudian dibarter dengan kebutuhan lainnya. Kemajuan daerah Pakuan sebagai Ibukota Kerajaan Sunda sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan sang raja yang berkuasa saat itu yaitu Prabu Siliwangi.

Sejak awal abad ke-5, Bogor menjadi daerah penting dalam perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara. Pada abad ke-5 (sekitar 450 Masehi), berdiri sebuah kerajaan Hindu tertua di pulau Jawa bernama Tarumanagara. Hal ini dibuktikan dari penemuan prasasti yang didalamnya disebutkan Purnawarman adalah Raja Tarumanagara yang telapak kakinya diabadikan dan disamakan dengan telapak kaki Dewa Wisnu.

Prasasti Ciarutuen peninggalan Tarumanagara
Prasasti Ciarutuen peninggalan Tarumanagara


Hegemoni Bogor kembali memuncak setelah didampuk menjadi Dayeuh atau ibukota untuk Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang merupakan kerajaan Hindu terakhir di Nusantara dari abas ke-15 s/d abad ke-16. Dengan raja yang terkenal dengan kepemimpinannya saat itu, Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi.

Dayeuh atau Dayo menurut Wertheim (1999) adalah jenis kota tradisional yang dibangun berdasarkan kepada filosofi tradisional empat arah mata angin. Ciri-ciri fisik Dayeuh antara lain ditemukanya keraton sebagai pusat dan bangunan penting lain seperti pasar, alun-alun dan juga tempat ibadah yang masing-masing dipisahkan oleh jalan utama. Biasanya didirikan juga dinding pembatas di antara bagian dalam dan luar yang mengelilingi kota tersebut.

Apa yang disebutkan Wertheim ternyata sesuai dengan laporan orang Portugis Tome Pires saat berkunjung ke Dayeuh Pakuan. Menurut Pires dalam jurnalya “Suma Oriental”, Kota Pakuan dapat ditempuh dalam waktu dua hari perjalanan dari pelabuhan Sunda Kalapa menuju arah pedalaman yang letaknya di antara dua buah sungai yang mengalir sejajar dan sama besarnya.

Gambaran Kondisi Pakuan Pajajaran

Dayeuh atau Dayo menurutnya adalah kota besar yang berpenduduk lebih dari 50.000 jiwa dengan rumah yang berkualitlas sangat baik. Temboknya terbuat dari kayu yang bagus kualitasnya dengan atap dari daun palem.

Sang raja tinggal di dalam sebuah istana yang ditopang oleh 330 tiang kayu berwarna merah dengan ukuran sebesar peti anggur yang masing-masingnya setinggi 9 meter dengan hiasan indah pada bagian atas tiangnya.

gambaran keraton pakuan pajajaran
Gambaran keraton pakuan pajajaran


Dayeuh ini sendiri hanya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Sunda yang saat itu memiliki kekuasaan meliputi sebagian besar Jawa Barat lengkap dengan pelabuhan-pelabuhan utamanya.

Sebelum memasuki area pusat kota, kita akan mendapati gerbang utama yang merupakan pintu masuk dan keluar wilayah Pakuan. Di sini juga terdapat parit di sepanjang tebing Cisadane, dari gerbang Pakuan hingga ke Batu tulis tempat gerbang kedua dan tersambung hingga ke Rancamaya.

Gerbang ketiga letaknya di perbatasan kota yang menuju arah timur yaitu di sekitar Lawang Gintung, konon dari gerbang inilah terjadi peristiwa pajajaran runtag.

arca peninggalan pajajaran di lawanggintung
Arca peninggalan pajajaran di lawang gintung



Parit kedua terletak di sisi tenggara. Di area inilah, tanah bekas galian parit ditimbun menjadi Kuta atau tanah tinggi berbentuk benteng. Pada bagian puncaknya diperkeras dan ditimbun dengan batu. Keberadaan parit-parit di sekitar pakuan Pajajaran ini dibuat oleh Sri Baduga yang terkenal dengan julukan Prabu Siliwangi.

Di daerah Pakuan terdapat sasakala Gugunungan yang letaknya di Bukit Badigul Rancamaya. Kaki bukit ini tersambung dengan telaga Rena Mahawijaya. Di sekitar Pakuan terdapat hutan Samida kebun Raya Bogor) dengan pohon-pohonnya yang besar mirip seperti cemara. Kayu Samida biasanya digunakan untuk pembakaran jenazah.

Di Pakuan, Sri Baduga mendirikan tempat-tempat ibadah, membuat asrama untuk para prajurit kerajaan atau Kasatriaan, membuat kaputren kabinahajian, serta berbagai fasilitas umum lainnya.

Bukit badigul tahun 1973
Bukit badigul tahun 1973




Benteng Kerajaan Pajajaran

Selain terhalang oleh parit-parit pertahanan, Kerajaan Pakuan Pajajaran dilapisi dengan benteng-benteng kokoh yang berdiri di sebagian Jalan Suryakancana, Jalan Sukasari, Jalan Siliwangi, Jalan Batutulis, dan di sepanjang tebing Cipaku. Benteng kota luar ini difungsikan untuk melindungi dayeuh pakuan dari ancaman yang berasal dari luar kota Pakuan.


Benteng Pakuan Pajajaran sumber Zahorka 2009




Benteng Pajajaran berdampingan dengan gerbang masuk menuju keraton Pakuan yang ada di Batu Tulis, Lawang Gintung, dan Sukasari-Tajur. Sedangkan benteng kota bagian dalam didirikan di sekitar Batu Tulis, Empang, dan Sukasari. Benteng kota dalam berfungsi melindungi pusat kota seperti keraton dan tempat penobatan raja Sunda.


Lokasi Pakuan Pajajaran

Lokasi Dayeuh pakuan adalah lahan yang letaknya di lemah duwur, yang mana satu sisinya menghadap Gunung Salak. Sisi tebing Sungai Ciliwung, Cisadane, dan tebing Cipaku menjadi pelindung alami kota. Masyarakat Pakuan pada saat itu menganggap keberadaan Sungai Cipakancilan sebagai berkah, di mana disekitar sungai ini dapat menarik manusia untuk menetap dan menjadi penduduk Pakuan.

Prasasti Batu tulis dan purwakalih tahun 1812
Prasasti Batu tulis dan purwakalih tahun 1812



Sayangnya, bukti keemasan peradaban Sunda Kuno tersebut hancur dan nyaris tak bersisa setelah serangan Banten pada tahun 1579. Salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran yang masih dapat ditemukan saat ini adalah Prasasti Batutulis yang dibuat oleh Surawisesa untuk mengenang kebesaran ayahnya, Prabu Siliwangi. Prasasti ini terletak di bagian selatan kota Bogor dan tidak jauh dari lokasi Keraton Pakuan Pajajaran.

Keberadaan dan lokasi Keraton Pakuan dilaporkan oleh Adolf Winkler pada tahun 1690. Winkler bersama rombongannya memasuki area batutulis dari arah Tajur. Di daerah sekitar Lawanggintung ia menemukan jalan berbatu yang tersusun rapi dan membentang menuju sebuah paseban atau balai untuk menghadap raja.

Di Paseban inilah ditemukan 7 (tujuh) pohon beringin dan sepasang disolit yang digunakan sebagai tempat untuk duduk para pengawal kerajaan.

Menurut peta yang dibuat oleh Jacobus Flikkenschild pada tahun 1812, jalur bersusun batu-batu itu menghubungkan Paseban / Keraton dengan situs arca Purwakalih yang menjadi tempat suci dan persembahyangan raja-raja Sunda dahulu.

Di seberang arca purwakalih terdapat petilasan yang dikenal dengan nama Petilasan Mbah Dalem yang dulunya sering digunakan Ratu Dewata untuk bertapa. Berjalan sedikit ke arah utara, terdapat situs batutulis yang dibuat pada tahun 1533 oleh Surawisesa.

peta letak istana pajajaran
Peta letak istana pakuan pajajaran (J.Flikkenschild 1812)



Dari peta yang kini tersimpan di salah satu museum di London, Inggris dapat diketahui lokasi persis salah satu keraton Pakuan Pajajaran. Jika digabungkan dengan peta Google tahun 2023, maka dapat disimpulkan lokasi keraton tersebut berada di sekitar Gang Amil, Kecamatan Batu Tulis, kota Bogor. Tepat seperti yang diungkapkan Saleh Danasasmita dan Pleyte (1911), juga pra ahli sejarah dan budayawan Bogor.

Peta tersebut juga bertuliskan “Op de Plattegrond fiekening van de verblijfplaats van Radja Praboe Tjiliwangie by de ligenswoordige inlanders bekind onder de benaming van radja domas” dan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia antara lain sebagai berikut: Peta kediaman Raja Prabu Siliwangi yang oleh penduduk asli disebut Raja Domas .

Berikut rincian keterangan gambar dari peta istana Prabu Siliwangi:


Lokasi Paseban atau Keraton utama yang menjadi tempat tinggal Raja Pajajaran saat masih tinggal di Pakuan. Di dekat bangunan ini terdapat lima area bulatan yang menurut keterangan di Peta ini adalah berupa kumpulan arca-arca yang tersusun.

Di halaman paseban terdapat dua buah pohon beringin besar yang di bawahnya juga terdapat arca-arca. Banyaknya arca-arca di bekas ibukota kerajaan Sunda tersebut kemungkinan terjadi saat kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Nilakendra.

Paseban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiiki arti sebagai balai penghadapan atau balai yang dijadikan Raja menerima tamu-tamunya. Paseban ini biasanya mempunyai lantai yang ditinggikan, juga ruangan terbuka dengan beberapa tiang-tiang penopang atap dan bangunan. Bangunan ini biasanya diperindah untuk memberi kesan tersendiri kepada tamu yang datang.


Dari pintu masuk arah Lawang gintung, juga terdapat beberapa batu-batu yang disusun berdiri berjajar, terbatasi oleh pagar atau benteng keraton.

Jalan yang menghubungkan bangunan utama (paseban) dengan komplek Arca Purwakalih dan Batutulis. Di sisi kiri dan kanan jalan terdapat angka-angka yang menunjukkan bahwa di lokasi tersebut ditemukan arca atau batu-batuan yang dibentuk bersusun.

Dari catatan Winkler dalam ekspedisinya, ia mendapati jalanan berbatu yang tersusun rapi menuju sebuah paseban tua. Kemungkinan peta ini sesuai dengan apa yang dilihat oleh Winkler saat itu.

Selain itu, sebelum tahun 1812 lokasi bekas penemuan Istana Pajajaran ini tentu masih bisa dilihat karena ada yang merawat dan menjaganya, sebelum akhirnya hilang tak bersisa setelah kawasan Batutulis mulai didatangi oleh para pendatang dari Batavia maupun daerah lainnya setelah Buitenzorg berkembang menjadi sebuah kota.

Jalan tersebut ternyata terhubung lagi dengan jalan lintas yang menghubungkannya dengan jalan utama. Dari peta Google Map terkini, jalan memotong tersebut kini sudah menjadi sebuah jalan gang yang disebut Gang Sekolah I dan terhubung dengan Gang Amil yang menurut penuturan para ahli adalah tempat di mana berdirinya Keraton Pakuan Pajajaran.

0 Response to "Ternyata, di sinilah lokasi kerajaan Pajajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel