Sempur Riwayatmu Dulu ...

Sempur Riwayatmu Dulu ...

Sempur Riwayatmu Dulu ...


Sempur adalah nama daerah yang terletak tidak jauh dari Istana Bogor. Di masa penjajahan, daerah ini menjadi kawasan
pemukiman elit yang hanya dihuni oleh orang-orang Belanda dari kalangan atas. Sempur riwayatmu dulu, banyak menyimpan kenangan.


Sempur memiliki cerita sejarah yang cukup panjang. Dalam “Ngadeugna Dayeuh Bogor” daerah ini disebut Leuwi Sipatahunan. Sedangkan perkampungan yang ada di sekitar Sempur sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Perkampungan ini didirikan oleh seorang Perwira berdarah Sunda Sumedang yang bernama Tanoedjiwa.


Pada tahun 1677, Tanudjiwa diperintahkan Gubernur Jenderal Johannes Camphuijs untuk membuka hutan Pajajaran yang berada di selatan Batavia. Perkampungan baru pun didirikan di sepanjang aliran Sungai Ciliwung, mulai dari Bantar jati sampai area dalam Kebun Raya Bogor.


Kawasan pemukiman tersebut begitu cepat berkembang, sampai tahun 1701 area perkampungan telah mencapai wilayah Tanah Baru, Cimahpar, Baranang Siang, Sukasari, Panaragan, dll. Tanujiwa pun didampuk menjadi Kepala pemerintahan Kampung Baru tersebut.


Sebelum tahun 1925, area di sepanjang aliran Sungai Ciliwung mulai dari Sempur kaler sampai Sempur kidul adalah lahan perkebunan dan persawahan milik warga setempat. Di daerah ini juga dulu masih banyak ditemukan Pohon Kiray dan Pohon Kawung (nira). Konon dari tunggul pohon kawung itulah asal usul nama Bogor seperti disebutkan Pak Cilong dalam pantunnya.


Di sisi samping tebing curam di bawah Jalan Ciremai, dahulu pernah ada selokan yang berfungsi sebagai irigasi. Aliran air irigasi ini mengalir sampai ke ujung Sempur Kaler, persis di seberang Kampung Lebak Pilar.


Sempur sebelum jauh sebelum dimulainya peradaban modern adalah sebuah kawasan yang sangat indah. M.A Salmoen pernah berkata bahwa daerah ini dulunya adalah sebuah danau atau telaga yang namanya tertulis di Batu Tulis dan dibuat oleh Prabu Siliwangi.


Di Majalah Mangle, beliau juga pernah menulis “di dalam tengah Kebun Raya tepat di bagian terdalam Sungai Ciliwung, di situlah Danau Sipatahunan, tempat Putri Purbasari mandi (Legenda Leuwi Sipatahunan)“.


Setelah Bogor makin berkembang, kebutuhan akan rumah tinggal untuk orang-orang Belanda sudah semakin mendesak. Apalagi kawasan pemukiman sebelumnya yaitu di Kota Paris sudah tidak lagi dapat menampung penghuni baru.


Pada tahun 1927, kawasan pemukiman baru didirikan di daerah Sempur. Kawasan pemukiman ini dikhususkan sebagai rumah tinggal untuk para pejabat pemerintahan maupun orang-orang yang sudah bekerja di perusahaan maupun instansi milik pemerintah.


Pada awalnya, perumahan di kawasan Sempur kedoenghalang dibangun untuk rumah tinggal mereka yang berkepentingan terhadap jalannya pemerintahan seperti peneliti belanda, pegawai pemerintah, dan tentunya para penguasa kolonial.


Pada masanya, daerah ini memiliki suasana yang sangat asri, burung-burung beragam jenis berkicau melompati dahan dari deretan pohon yang berjajar di pinggiran jalan dan halaman-halaman rumah. Bangunan-bangunan sangat kokoh, dengan atap yang tersusun dari rangka kayu jati.


Penataan pemukiman sangat selaras dengan alam dan lingkungan pada waktu itu, beda jauh dengan kondisi sekarang yang lebih mengedepankan sisi ekonomi saja.

 

Kawasan pemukiman di Sempur dan Kedoenghalang pada waktu itu dianggap sebagai kawasan elit, hal ini tercermin dari pemberian nama-nama jalan yang menggunakan nama-nama gunung.


Sebuah tempat terbuka yang dikenal dengan nama Vontland ditanami dengan bunga-bunga indah beraneka warna dan aneka tumbuhan hias yang dapat menyegarkan pandangan mata. Kelak tempat terbuka ini dikenal dengan nama Plant Zone atau orang-orang sekitar menyebutnya sebagai Taman Kencana.


Sebagai kawasan pemukiman yang elit, di daerah ini juga dibangun dua gedung yang menjadi tempat penelitian dan pendidikan, salah satunya adalah gedung yang kini digunakan sebagai FKH IPB.


Masa kolonial banyak noni-noni Belanda yang menghabiskan waktu ditempat ini. Namun kebahagiaan mereka mulai terenggut setelah jepang menduduki Nusantara. Babak-babak keasrian dan keindahan berubah,Banyak rumah disita oleh Jepang.


Beberapa rumah menjadi penjara atau ruang tahanan tawanan jepang, umumnya wanita dan anak-anak Indo Belanda, salah satunya sebuah rumah yang terletak di Jl Papandayan.


Kemudian masa kemerdekaan, militer mengambil alih dan menguasai kawasan ini untuk dijadikan tempat tinggal para perwiranya. Lalu Gemeente mengambil alih untuk ditempati para pegawai kota praja.


Saat itu pemerintah memiliki kebijakan untuk menyewakan rumah-rumah disini pada siapa yang mampu membayar. Dari sinilah proses hak milik dilakukan. Salah satunya kebijakan wajib membeli rumah bagi para penyewa, sehingga tak heran banyak orang Belanda, Tionghoa, hingga orang lokal memiliki sejarah tinggal ditempat ini.


Asal Usul nama Sempur


Ada dua pendapat berbeda mengenai asal usul nama Sempur. Pendapat pertama menyebutkan bahwa Sempur adalah nama sebutan untuk batang pohon yang sudah mengeras atau menjadi fosil. Pendapat ini bisa saja benar adanya, mengingat Sempur dahulu adalah bekas telaga dengan bendungan kuno dibangun di bawah Lebak Pilar.


Konon pada tahun 1950an, seorang warga penggali pasir setempat pernah menemukan banyak batang-batang kayu terkubur dalam tanah. Kemudian batang-batang kayu itu dimanfaatkannya menjadi tiang bangunan.


Pendapat kedua menyebutkan bahwa Sempur berasal dari Pohon Sempur, yang buahnya berwarna hijau dan masam rasanya. Pohon ini dulu banyak ditemukan di lembah Sempur.


 

0 Response to "Sempur Riwayatmu Dulu ..."

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel