
Sejarah Wayang Golek di Jawa Barat
November 14, 2023
Comment

Sejarah wayang golek di Jawa Barat sudah ada sejak abad ke-16 Masehi. Kesenian tradisional khas masyarakat Sunda ini terbagi dalam tiga jenis yaitu wayang golek papak, purwa, dan modern.
Di Cirebon jenis wayang golek yang banyak digunakan adalah papak atau cepak. Para dalang umumnya akan membawakan kisah dalam bahasa Cirebon. Sedangan wayang jenis purwa umumnya menceritakan lakon Mahabharata dan Ramayana dengan bahasa pengantar Sunda.
Pada wayang golek modern, alur cerita hampir serupa dengan wayang purwa namun dalam setiap pementasannya seringkali dilengkapi dengan teknologi yang lebih modern seperti gambar latar dan efek-efek khusus.
Sejarah Wayang Golek di Jawa Barat masih belum diketahui secara pasti bagaimana mulanya. Namun wayang ini diyakini sebagai bentuk pengembangan dari wayang kulit yang sudah lebih dulu ada di Jawa.
Pada wayang golek modern, alur cerita hampir serupa dengan wayang purwa namun dalam setiap pementasannya seringkali dilengkapi dengan teknologi yang lebih modern seperti gambar latar dan efek-efek khusus.
Sejarah Wayang Golek di Jawa Barat masih belum diketahui secara pasti bagaimana mulanya. Namun wayang ini diyakini sebagai bentuk pengembangan dari wayang kulit yang sudah lebih dulu ada di Jawa.
![]() |
Pagelaran Wayang Golek yang dilangsungkan memperingati 25 tahun departemen Pertanian Cimanggu, di Bogor tahun 1930. |
Budayawan Sunda Mas Atje Salmun (1986) pernah mengungkapkan bahwa penggunaan kayu sebagai bahan pembuatan wayang dilakukan pertama kali oleh Sunan Kudus pada tahun 1583. Hal ini bertujuan agar pertunjukan wayangnya dapat dilihat pada waktu siang hari. Jenis wayang kayu inilah yang kemudian berkembang secara luas di daerah Jawa bagian barat.
Daerah yang pertama-tama membawakan wayang Golek adalah Cirebon dengan bahasa yang digunakan saat itu masih berbahasa Jawa Wayang Golek yang digunakan pada masa Panembahan Ratu di Cirebon adalah Wayang Golek Papak/cepak, yang berciri khas bentuk kepala yang papak atau datar.
Di era Pangeran Girilaya (1650-1662) keberadaan wayang golek papak terus berkembang. Lakonnya seringkali dilengkapi dengan cerita sejarah atau Babad di Tanah Jawa, terutama yang berkaitan dengan penyebaran agama Islam.
Setelah Jalan Raya Pos selesai dibangun oleh Gubernur Jenderal William Daendels (1808-1811), kesenian wayang golek semakin menyebar ke beberapa daerah di Jawa Barat.
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Sunda, dan saat itu sudah banyak dalang bermunculan dan masyarakat yang menggemari kesenian wayang ini. Wayang golek semakin mulai digemari di era Kolonial Hindia Belanda. Di Jawa Barat pada saat itu bahkan sudah banyak bermunculan padepokan-padepokan wayang golek di berbagai wilayah, termasuk di Bogor.
Sejarah wayang golek di Jawa Barat setelah kedatangan Jepang (1942), kesenian wayang mulai dibatasi karena pemerintah Jepang membuat larangan untuk tidak berpesta melewati pukul 24:00, sedangkan pertunjukan wayang golek biasanya memakan waktu yang cukup panjang.
Pada masa ini, orang-orang dipersulit untuk menyaksikan maupun menyelenggarakan pagelaran wayang golek semalam suntuk. Banyak masyarakat kemudian mengajukan permintaan pada pemerintah Jepang agar kesenian wayang golek ini bisa disiarkan melalui radio. Gayung bersambut, jawatan radio Jepang menyetujui permintaan tersebut.
Dalang pertama yang menyatakan diri siap untuk mengisi acara wayang golek di radio adalah R.U. Partasuwanda. Namun masa siaran wayang golek ini pun dibatasi hanya 3 jam saja sehingga R.U Partasuwanda mencoba membuat wayang golek yang bisa dipentaskan tak lebih dari 3 jam. Dengan diilhami pertunjukan sandiwara, ia kemudian menciptakan wayang golek model baru yang dikenal dengan wayang golek modern.
Kesenian wayang golek di Jawa barat terus berkembang setelah Indonesia merdeka. Hingga tahun 1980-an, dalang terkenal saat itu adalah R.H Cecep Supriyadi serta dalang penerus R.U Partasuwanda.
Perkembangan wayang golek berikutnya kian pesat setelah muncul dalang (alm) H. Ade Kosasih Sunarya dengan H. Asep Sunandar Sunarya. Semenjak itulah, kesenian ini mulai diterima di semua kalangan masyarakat karena kreativitas para dalang saat melakonkan sebuah cerita.
Salah satu pengrajin wayang golek yang masih ada di Kota Bogor adalah Sanggar Tumaritis yang sudah berdiri sejak tahun 1970. Lokasinya berada di kampung Lebak Kantin, Bogor Tengah dan sampai saat ini masih tetap melayani pembuatan wayang golek untuk berbagai keperluan.
0 Response to "Sejarah Wayang Golek di Jawa Barat"
Posting Komentar