Sejarah Prasasti Batu Tulis peninggalan Pajajaran

Sejarah Prasasti Batu Tulis peninggalan Pajajaran

Sejarah Prasasti Batu Tulis peninggalan Pajajaran

Sejarah Prasasti Batu Tulis Bogor peninggalan Pajajaran menjadi bagian tak terpisahkan dari kota Bogor. Keberadaannya bahkan sudah ada sebelum kota ini didirikan. Berikut sejarah dan faktanya.

Prasasti Batu Tulis dibuat saat kerajaan Pakuan Pajajaran masih dipimpin oleh Raja Surawisesa yang berkuasa dari tahun 1521 sampai 1533. Surawisesa atau Munding Laya Dikusuma adalah putera Sri Baduga Maharaja dari istrinya yang bernama Nyi Kentring Manik Mayang Sunda.

Sejarah prasasti Batu Tulis berawal dari kesedihan Surawisesa menyaksikan satu persatu wilayah yang dulu pernah berada di bawah kekuasaan Pajajaran direbut oleh kekuatan politik baru yaitu kerajaan Islam. Apalagi kondisi ini terjadi hanya berselang 12 tahun setelah wafatnya sang ayahanda yang bergelar Prabu Siliwangi.

Prasasti Batu Tulis dibuatnya pada tahun 1533, saat terciptanya keadaan damai antara Pajajaran dengan Cirebon. Naskah Carita Parahiyangan menyebutkan bahwa Surawisesa beberapa kali terlibat dalam peperangan demi mempertahankan wilayah kerajaannya, khususnya menjaga wilayah utara Jawa dari serangan armada Demak dan Cirebon yang terjadi dalam kurun waktu 14 tahun selama ia memimpin Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Pada tahun 1531 M, Surawisesa dan Syarif Hidayat (Cirebon) sepakat melakukan perjanjian damai dengan dasar bahwa mereka berdua adalah saudara. Dalam suasana damai itulah, Surawisesa berkesempatan untuk mengurusi berbagai permasalahan di dalam negerinya, termasuk beberapa pemberontakan kecil yang berhasil dipadamkannya.

Prasasti batu tulis dibuat pada tahun 1533 M yaitu bertepatan dengan peringatan 12 tahun wafatnya Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi. Prasasti ini juga menjadi pengingat akan semua karya-karya dan kebesaran Sri Baduga selama memimpin kerajaan Sunda Galuh Pakuan.

Tulisan di Prasasti Batu Tulis


Di dekat prasati batu tulis ditanam sebuah lingga atau batu panjang dan bulat yang sama tingginya dengan prasasti batutulis. Penempatan kedua buah batu tersebut diatur sedemikian rupa, sesuai kedudukan ayah dan anak. Batu lingga mewakili sosok Sri Baduga Maharaja sedangkan batu tulis mewakili Surawisesa.

Surawisesa tidak menuliskan namanya di prasasti batu tulis, namun ia meletakkan dua buah batu lain di depannya, yaitu batu yang berisi astatala ukiran telapak tangan, dan satunya lagi adalah padatala, ukiran jejak kaki.

Para ahli sejarah dan budayawan memperkirakan bahwa pemasangan batutulis dilakukan dalam upacara srada yaitu upacara penyempurnaan sukma yang dilakukan setelah 12 tahun wafatnya seorang raja.

Tidak jauh dari lokasi situs Prasasti Batu Tulis yang bersejarah ini, terdapat sebuah lokasi yang sejak dulu digunakan sebagai tempat istirahat presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Istana Batu Tulis.

Koleksi foto sejarah Prasasti Batu Tulis dari masa ke masa

Lukisan prasasti batu tulis tempo dulu
Kondisi prasasti batu tulis tahun 1770 yang dilukis oleh Johannes Rach


Batu tulis 1812
Prasasti Batu Tulis sudah bercungkup tahun 1812 oleh J.Flikkenschild


Batu tulis
Prasasati Batu Tulis tahun 1910-1940


Prasasti Batu Tulis sekarang



Lokasi Prasasti batu tulis di Kota Bogor
Jalan Batu Tulis No. 54,
RT 02/RW 02 Desa Batutulis
Kecamatan Bogor Selatan
Kota Bogor, Jawa Barat



0 Response to "Sejarah Prasasti Batu Tulis peninggalan Pajajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel