Sejarah Insitut Pertanian Bogor (IPB)

Sejarah Insitut Pertanian Bogor (IPB)

Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah sebuah perguruan tinggi yang ada di Kota Bogor. Sebelum diresmikan dengan nama IPB oleh Presiden Sukarno pada 1 September 1963, Institusi ini adalah fakulitas pertanian pada Universitas Indonesia. Simak Sejarah Institut Pertanian Bogor berikut ini.



Cikal bakal institusi pendidikan pertanian ini sudah ada sejak masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada waktu itu, Buitenzorg (bogor) yang pada awalnya sebagai tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal dan petinggi pemerintahan, kemudian menjadikannya sebagai kota sumber ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan flora dan fauna.

Untuk memfasilitasi penelitian, di Buitenzorg didirikan beberapa lembaga penelitian salah satunya adalah Lands Plantentuin atau Kebun raya yang diresmikan pada 18 Mei 1817 oleh Gubernur Jenderal G.A.G Gerard Philip Baron van der Capellen. Selain Kebun Raya, didirikan pula Algemene Proefstation voor de Landbouw (Lembaga Penelitian Pertanian) dan Veeartsenijkundige Instituut atau Lembaga Penelitian Kedokteran Hewan.

sekolah pertanian di bogor tempo dulu
Sekolah pertanian di bogor tempo dulu



Pada tahun 1918, muncul gagasan untuk mendirikan Landbouwhogeschool (Sekolah Tinggi Pertanian) dan Veeartsenijkundige Hoogeschool (Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan). Namun rencana pendirian sekolah tinggi tersebut di Bogor banyak ditentang oleh berbagai pihak.

Alasan penolakan tersebut adalah karena para peneliti sudah sangat sibuk dengan tugas riset yang dibebankan pemerintah, sehingga jika harus menjadi pengajar maka beban mereka akan semakin bertambah.

Selain itu, peraturan dalam mendirikan sebuah institusi pendidikan pada saat itu masih sangat rumit, karena sesuai keputusan Ratu Belanda tahun 1905, sebuah institusi pendidikan baru dapat dinamakan universitas jika sudah mempunyai lima fakultas. Pada waktu itu, di Hindia Belanda baru ada tiga sekolah tinggi yang setara dengan fakultas.

Namun demikian, usaha untuk mengupayakan pendidikan tinggi di Hindia Belanda terus diperjuangkan oleh Dr. Abdul Rivai dan kawan-kawan. Abdul Rivai adalah seorang dokter pribumi lulusan Eropa yang juga seorang jurnalis dan aktivis pergerakan nasional. Pada tahun 1918, beliau menjadi anggota Dewan Rakyat Hindia Belanda atau Volskraad.

Ada juga Prof.Dr. R.A. Hoesein Djajadiningrat yang merupakan orang Indonesia pertama yang meraih gelar guru besar dan juga anggota Dewan Hindia (1935, 1941). Beliau juga yang begitu gigihnya memperjuangkan berdirinya perguruan tinggi di Hindia Belanda.

Apa yang dilakukan Hoesein Djajadiningrat mendapat dukungan dari Departemen Pengajaran Hindia Belanda yang kemudian melakukan pembahasan mengenai rencana pendirian Landbouwhogeschool di Bandung. Kenapa di Bandung, bukan di Bogor? Karena saat itu di Bandung telah berdiri Technische Hoogerschool yang kini dikenal dengan nama Institut Teknologi Bandung (ITB).

Rencana pendirian sekolah tinggi pertanian di Bandung tak lain adalah agar sekolah tinggi ini bisa menjadi bagian dari THS. Namun begitu, ada juga yang berpendapat sebaiknya Lanbouwhogeschool ini berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari sekolah tinggi lainnya.

Pada tanggal 16 September 1940, Hoesein Djajadiningrat menulis surat kepada Gubernur Jenderal A.W.L Tjarda van Starkenborgh Stachouwer agar membentuk komisi untuk persiapan pendirian fakultas pertanian di Hindia Belanda. Sang Gubernur Jenderal merespon dengan mengeluarkan surat keputusan pembentukan komisi untuk mempersiapkan fakulitas ilmu pertanian yang diisi oleh lima orang.

Dari komisi tersebut dihasilkan bahwa kota yang tepat untuk didirikan Lanbouwkundige faculteit sebagai bagian dari Universiteit van Nederlandsch-Indie (Universitas Hindia Belanda) adalah Buitenzorg atau Bogor.

Pada tanggal 31 Oktober 1941, Gubernur Jenderal mengeluarkan surat keputusan untuk mendirikan Fakultas Ilum Pengetahuan Pertanian di Bogor. Namun rencana pendirian Universitas Hindia Belanda, dan juga Fakultas Ilmu Pengetahuan Pertanian gagal dilaksanakan seiring kalahnya Belanda di kancah Perang Dunia dan juga masuknya militer Jepang ke Indonesia.

Setelah Jepang Kalah dan Indonesia merdeka pada tahun 1945, Belanda kembali datang dibonceng Sekutu. Dalam agresinya itulah, Belanda melalui NICA mendirikan perguruan tinggi darurat yang diberinama Nood-Universiteit di Jakarta pada tanggal 21 Januari 1946. Pada tahun 1947, Nood-Universiteit berubah menjadi Universiteit van Indonesie.

Pada tahun yang sama, di Bogor didirikan Diergeneeskundige Faculteit (Fakultas Kedokteran Hewan). Dengan demikian, Universiteit van Indonesie saat itu sudah mempunyai dua fakultas yang berdiri di Bogor yaitu Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan.

Fakultas kedokteran hewan buitenzorg
Fakultas kedokteran hewan buitenzorg

Setelah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949, maka pengelolaan Universiteit van Indonesie diserahkan kepada Pemerintah Indonesia. Pada awal 1950, Universiteit van Indonesie digabungkan dengan Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia dan menjadi Universitet Indonesia.

Pembangunan Fakultas Pertanian di Bogor terjadi pada tanggal 27 April 1952 dengan peletakan batu pertama dilakukan oleh Presiden Sukarno. Setelah tahun 1955, Universitet Indonesia diganti menjadi Universitas Indonesia (UI).

Pemisahan fakultas pertanian dari universitas Indonesia terjadi pada 1 September 1963. Secara resmi kampus UI di Bogor memisahkan diri dan semanjak saat itu mulai menggunakan nama Institut Pertanian Bogor (IPB).

Demikian ulasan mengenai Sejarah Institut Pertanian Bogor.

Semoga bermanfaat

0 Response to "Sejarah Insitut Pertanian Bogor (IPB)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel