Nostalgia Bogor tahun 1980 dan 1990an

Nostalgia Bogor tahun 1980 dan 1990an


Nostalgia Bogor tahun 1980 dan 1990an

Kalian pasti mengenal bagaimana keadaan Bogor sekarang ini. Kota kecil yang mengikuti peradaban modern mulai dari pusat perbelanjaan, restoran dan kafe-kafe. Tapi pernahkah kalian bertanya-tanya seperti apa kehidupan di Bogor tahun 1980 dan 1990an.


Sebelum munculnya perkembangan teknologi di wilayah ini, Bogor pada abad ke-16 hanyalah sebuah desa kecil bernama Pakuan yang berada di tengah hutan perbukitan. Para penduduk hidup sederhana sebagai petani dan berburu untuk mendapatkan makanan. Mereka tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu dan beratapkan daun rumbia.

Pada masa-masa awal kemerdekaan, daerah Bogor masih sangat hijau dan sepi. Populasi penduduk masih sangat sedikit, sekitar 50.000 jiwa. Transportasi umum seperti bis dan angkutan kota belum seramai sekarang, jadi kebanyakan orang-orang bepergian dengan berjalan kaki, bersepeda atau naik kuda.

Jalan suryakancana tahun 1980an
Jalan suryakancana tahun 1980an


Pada tahun 1950, sebagian besar penduduk Bogor masih bekerja sebagai petani dan pedagang. Meski ada juga yang bekerja di pabrik-pabrik khususnya pabrik yang sudah berdiri sejak masa kolonial, seperti PT Good Year Indonesia yang lokasinya dekat dengan lapangan pacuan kuda Tanah Sareal (sekarang menjadi komplek olahraga Stadion Pajajaran).

Untuk kebutuhan sehari-hari, penduduk Bogor akan belanja di pasar yang paling dekat dengan rumah tinggalnya dikarenakan keterbatasan angkutan umum. Meskipun begitu, ada beberapa pasar yang kerap dikunjungi masyarakat dari berbagai wilayah di Bogor yaitu Pasar Baru dan Pasar Anyar yang sudah ada sejak dahulu.

Angkutan umum yang cukup populer pada tahun 1950an adalah oplet. Keberadaan oplet ini di Bogor sangat terbatas dan hanya dapat ditemukan di tengah kota saja. Setelah tahun 1965, barulah muncul Bemo di Bogor dan sejak itu mulai banyak berseliweran bemo dan becak sewaan yang membawa penumpang.

Angkutan umum di Bogor tahun 1980an
Angkutan umum di Bogor tahun 1980an



Anak-anak pergi ke sekolah dengan becak yang disewakan oleh orangtuanya. Bagi yang mempunyai uang lebih, mereka akan mencari kendaraan pribadi yang disewa khusus untuk pengantaran jemput anak-anak sekolah. Hanya sedikit anak-anak yang diantarkan sekolah dengan menggunakan sepeda motor, karena pada masa itu keberadaan dealer-dealer motor masih cukup langka.

Menjelang 1990an, fasilitas umum seperti listrik, air bersih, telepon, dan jalan beraspal masih sangat terbatas. Hanya beberapa tempat strategis seperti kantor pemerintahan, rumah sakit dan sekolah yang dilengkapi listrik dan telepon. Sebagian besar jalan masih berupa tanah yang akan becek tatkala hujan turun.

Aktivitas masyarakat pada waktu itu banyak dilakukan di luar rumah, seperti arisan, gotong royong membersihkan lingkungan, bermain di lapangan atau menonton film di dalam gedung-gedung bioskop. Bagi yang malas pergi ke bioskop, mereka biasanya akan mencari tempat atau mall yang terdapat permainan ding-dongnya seperti di Muria Plaza, Jembatan Merah, dan Pasar Anyar.

Sementara di perkampungan, anak-anak cukup bermain bersama temannya di sungai atau kebun. Membuat senjata dari pelepah pisang, bermain congklak atau lompat tali, ataupun bermain kejar-kejaran. Menjelang sore hari, kegiatan tersebut pindah ke lapangan bola yang berada di dekat rumah untuk bermain bola atau sekedar menjadi penonton saja.

Bagi yang mempunyai perangkat pemutar video seperti VHS atau Betamax, mereka biasanya akan menyediakan ruangan di rumahnya yang difungsikan sebagai bioskop rumahan. Mereka memungut uang masuk sebesar Rp 100,- ( Cepean) kepada orang-orang yang mau menonton film. Film yang ditayangkan biasanya tidak jauh dari film-film kungfu dan super hero mulai dari Megaloman, Voltus V, God Sigma, Mazingga Z, Gaban, hingga Lionman.

menonton film
Menonton film bersama 



Pada masa itu, kehidupan masyarakat Bogor masih sangat sederhana. Meskipun fasilitas masih terbatas, keakraban antar warga sangat erat. Kegiatan bersosialisasi dilakukan tanpa mengenal status sosial. Semua orang saling membantu dan berbagi kebahagiaan.

Masyarakat Bogor di masa itu memang tidak terlalu dipusingkan dengan hiburan. Kalau sekarang ada smartphone yang membuat kita terhibur, dahulu untuk menonton acara televisi saja harus menunggu sampai datangnya waktu sore hari. Acara yang ditampilkanpun hanya itu-itu saja, terkadang diselingi siaran langsung kunjungan Presiden Suharto ke daerah-daerah.

Meskipun terlihat membosankan, tetapi hal itu tetap menjadi salah satu hiburan yang menyenangkan. Apalagi jika acara kartun atau serial drama sudah dimulai, maka mereka akan berbondong-bondong ikut menonton di rumah tetangga yang memiliki pesawat televisi. Pada masa itu, pemilik televisi akan ditagih pajak iuran televisi yang besarannya bervariasi, tergantung jenis dan ukuran dari pesawat televisi tersebut.

Untuk berkomunikasi dengan teman yang berada di tempat yang jauh, mereka tidak membutuhkan handphone, karena pada saat itu harga handphone sangat mahal, apalagi jika disertai dengan kartu SiM (Sim card) yang harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Meskipun tanpa handphone, tidak berarti orang-orang di zaman itu kurang komunikasi loh!, karena ada peralatan elektronik yang cukup populer digunakan untuk berkomunikasi yaitu interkom yang dihubungkan dengan jaringan kabel ke rumah-rumah warga. Bagi yang mampu mereka akan mendirikan station pemancar seratus meteran yang dapat menjangkau lokasi yang cukup jauh.

Pesawat interkom yang viral tahun 1980an
Pesawat interkom yang pernah viral tahun 1980an


Selain radio komunikasi, orang-orang lebih senang memanfaatkan pengiriman surat menyurat via Kantor Pos karena dianggap lebih praktis dan murah meskipun untuk menunggu surat balasan harus melalui waktu berhari-hari atau berminggu-minggu.

Selain menonton televisi, hiburan masyarakat Bogor di rumah adalah membaca. Yup! Membaca pada masa itu adalah aktivitas yang menyenangkan, karena kita dapat berkhayal tentang apa yang sedang dibaca. Bacaan populer adalah cerita novel atau komik, juga majalah-majalah remaja atau dewasa yang dulu banyak dijajakan di pinggir-pinggir jalan.

Pada 1980-1990an, penduduk Bogor tidak perlu membeli buku cerita, novel atau komik, apalagi harus pergi ke perpustakaan karena pada saat itu sudah banyak tempat penyewaan buku dan komik salah satunya di kios-kios yang terletak di Stasiun Bogor.

Tempat penyewaan buku dan komik tempo dulu
Tempat penyewaan buku dan komik tempo dulu


Buku yang paling banyak dicari adalah cerita tentang Wiro Sableng pendekar 212 dan kapak naga geninya, juga buku-buku serial kungfu Kho Ping Hoo, cerita Lima Sekawan, atau bahkan buku romantis buatan Enny Arrow. Selain itu, novel-novel karya Mira W pun cukup laris dipasaran termasuk juga komik-komik buatan Tatang S dan komik Mahabharata karya RA Kosasih.

Hiburan lain yang tak kalah serunya adalah mendengarkan sandiwara radio yang biasanya menampilkan cerita tentang masa kerajaan atau cerita misteri yang dapat membuat bulu kuduk merinding.

Para pertengahan tahun 1990-an, dunia hiburan mulai mendominasi ke rumah rumah. Setiap rumah yang mampu akan tersedia perangkat hiburan mulai dari laser disc, video cd, hingga konsol permainan mulai dari Nintendo, Sega sampai Sony Playsation. Selain itu, beberapa stasiun televisi pun mulai ramai bertengger di channel-channel televisi dengan gaya hiburannya masing-masing.

Jadi begitulah kehidupan di Bogor pada masa lampau. Kota ini memiliki sejarah yang panjang dan menarik untuk dipelajari. Mungkin kamu jadi lebih menghargai kehidupan di Bogor sekarang setelah tahu bagaimana kehidupan nenek moyang kita dahulu.

Meskipun zaman sudah berubah, semoga kota ini tetap melestarikan budaya dan keindahan alamnya. Kunjungilah museum dan tempat bersejarah di Bogor untuk bisa lebih dekat dengan masa lalu kota ini. Kamu pasti akan semakin mencintai dan bangga dengan kampung halamanmu ini.


0 Response to "Nostalgia Bogor tahun 1980 dan 1990an"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel