Mengenang Hotel Bellevue di Bogor Tempo Dulu

Mengenang Hotel Bellevue di Bogor Tempo Dulu

Bellevue adalah nama yang indah untuk menyebutkan nama sebuah hotel yang pernah ada di Bogor tempo dulu. Pada paruh kedua dekade abad 19 dan dekade pertama abad 20 pemandangan di belakang Hotel Bellevue menjadi salah satu pemandangan wajib bagi wisatawan barat yang berkunjung ke Jawa.

Jauh sebelum muncul nama Des Indes di Batavia/Jakarta (1856) dan Raffles di Singapura (1887), di Bogor pada tahun 1829 sudah berdiri Hotel Bellevue yang memberi kesan mewah dengan pemandangan alamnya yang sangat indah.

Bangunan utama berdiri di halaman yang sangat luas, tepat di dekat area Kebun Raya dan kawasan Pecinan. Tampak luar hotel ini tidak memiliki karakter tersendiri sebagaimana bangunan hotel besar lain di Jawa. Galeri depan dan belakang yang terbuka, tembok dengan cat putih, tiang-tiang dan timpani menjadi ciri khas arsitektur bergaya klasik kolonial yang diperkenalkan semasa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1762-1818) di awal-awal pemerintahannya.

Hotel Bellevue tahun 1875
Hotel Bellevue tahun 1875

 

Karakter bangunan baru terlihat setelah para tamu memasuki bangunan utama. Karakter klasik tampak mencolok dengan langit-langit berwarna kuning tua dan dinding tembok kamar yang dilapisi wallpaper dengan motif gelap mencolok.

Selain bangunan utama, Hotel Bellevue memiliki galeri belakang, kubah, ruang penyimpanan dan pavilliun yang menawarkan pemandangan lanskap Sungai Cisadane dengan Gunung Salak.

Di halaman terdapat kolam dengan airnya yang sangat jernih, taman bunga dan pavilliun dengan nama mencolok seperti ‘Villa d’Amore“. Namun bagi sebagian tamu, Hotel Bellevue masih dianggap tidak cukup mewah dibandingkan hotel Des Indes, Continental maupun Raffles.

Meskipun hotel ini kemudian mengalami renovasi dan perluasa 50 kamar dengan pavilliun “Bergzicht”, Bellevue tetap dianggap mempertahankan karakter yang relatif tenang baik dari segi ukuran maupun kenyamanannya.

Pavillion belakang di Hotel Bellevue dilihat dari Sungai Cisadane

 

Di Pavilliun belakang, pengunjung dapat menikmati secangkir kopi atau teh sembari mengamati aliran Sungai Cisadane di bawahnya berlatar Gunung Salak yang menjulang indah.

Setelah promosi pariwisata yang digencarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, Hotel Bellevue menjadi terkenal baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Semua yang berkunjung ke Jawa pastilah tidak akan melewatkan bermalam di hotel pertama Buitenzorg.

Selain banyak dikunjungi wisatawan manca negara yang ingin melihat Kebun Raya, Museum Zoologi, Hotel Bellevue juga menjadi tempat menginap bangsawan Eropa dan Asia, termasuk pangeran dan putri Rusia Scherbatov, dan pangeran Jawa Mangkubumi yang kelak menjadi Sultan Yogyakarta.

Keindahan Bellevue hanya tampak dari bagian luarnya saja, namun buruk pada managemen hotelnya. Perlakuan pihak managemen pada penduduk pribumi yang menjadi tenaga kerja di Hotel tersebut sangatlah buruk.

Koran-koran tempo dulu seperti harian de Locomotief dan surat kabar Hindia melaporkan perlakuan hotel kepada warga sekitar yang dianggap keterlaluan. Dari tahun 1886 sampai 1890 tercatat ada beberapa kasus pegawai pribumi yang meninggal dunia karena tidak diberikan akses ke rumah sakit.

Pada periode 1930an, Hotel Bellevue tidak lagi beroperasi karena bangkrut. Bangunan hotel ini kemudian dibeli oleh pemerintah setempat. Setelah mengalami perbaikan dan renovasi, bangunannya difungsikan menjadi kantor pemerintahan. Hotel lain yang bernasib sama adalah du Chemin de Fer yang berlokasi di Jalan Banten (Kini Jalan Kapten Muslihat), bangunan hotel itu kemudian direnovasi menjadi kantor polisi.

Setelah kedatangan Jepang, bangunan eks pemerintahan dan hotel ini dikuasai mereka lalu digunakan sebagai gudang dan tempat tinggal para prajurit. Kondisi ini berlanjut sampai Indonesia Merdeka, setelah itu dimanfaatkan untuk kepentingan Tentara Nasional Indonesia.

Di era Orde Baru, semua bangunan yang berada di kawasan ini dihancurkan lalu di lokasi yang sama dibangun sebuah pasar tradisional yang dinamakan Pasar Ramayana. Beberapa tahun kemudian, gedung bioskop didirikan dengan nama Ramayana Theater.

Memasuki awal milenium, Pasar dan gedung bioskop rata dengan tanah. Di bekas lahannya kemudian berdiri Bogor Trade Mall yang masih berdiri hingga saat ini.

 

 

0 Response to "Mengenang Hotel Bellevue di Bogor Tempo Dulu"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel