
Jejak kamp Jepang di Kedung Badak
Oktober 07, 2023
Comment
Masa pendudukan Jepang (1942-1945) menjadi mimpi buruk bagi orang-orang Belanda dan keturunannya di Indonesia. Di beberapa daerah didirikan kamp interniran Jepang untuk menawan penduduk sipil dan tahanan perang. Di Bogor, salah satu kamp tersebut berada di daerah Kedung Badak.
Setelah Belanda menyerah kalah, Jepang menyita seluruh asset dan harta benda milik orang-orang Belanda. Tidak hanya itu saja, mereka pun menangkap semua lelaki kulit putih lalu dijadikan tawanan. Sebagian besar para tahanan dipaksa kerja rodi untuk kepentingan militer Jepang.
Untuk menampung para tawanan perang itu, Jepang mendirikan kamp konsentrasi atau kamp interniran di berbagai daerah. Pada awalnya, kamp konsentrasi hanya diperuntukkan untuk tahanan perang dan penduduk sipil dari kaum lelaki berkulit putih saja. Namun setelah 1942, Jepang menahan seluruh penduduk sipil dari orang-orang Belanda, termasuk wanita dan anak-anak.
Penangkapan terhadap penduduk sipil mulai diperluas pada periode 1943-1944. Jepang mulai menangkapi semua keturunan Belanda termasuk orang-orang Indo-Eropa. Mereka semua ditempatkan dalam dua kamp terpisah yaitu kamp khusus laki-laki dan kamp khusus wanita dan anak-anak.
Orang-orang Belanda yang terbiasa hidup senang dan mewah ketika berada di kamp interniran tentu sangat menyiksa batin dan fisik mereka. Perlakuan kasar akan mereka dapatkan jika menolak untuk kerja sama dengan tentara kekaisaran Jepang. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dikirim ke Burma untuk menjalani kerja paksa.
Sebagian besar para tahanan perang ini mengalami kelaparan karena kurangnya makanan dan obat-obatan. Penyakit menular pun mudah muncul terutama karena tempat yang lembab dan buruknya pelayanan kesehatan. Ribuan jiwa orang-orang Belanda melayang saat berada di kamp interniran ini.
Kedung Badak dahulu dikeliling lahan persawahan dan perkebunan karet. Ada rumah penampungan karet yang letaknya dekat Sungai Ciliwung. Jalan masuk ke area ini dulu dipenuhi oleh jajaran pohon-pohon palem di sepanjang jalannya.
Di Bogor terdapat beberapa kamp interniran yang didirikan Jepang untuk menawan penduduk sipil dan tahanan militer. Beberapa kamp tersebut antara lain berada di Kota Paris, Paledang, Ursuliner Kloster, Kalapanunggal, Kedung Halang, Sempur dan Kedung Badak.
Pada Oktober 1942, ratusan orang tahanan pria dari Ursulin Kloster dipindahkan ke Kedung Badak. Untuk menampung para tahanan itu, Jepang membangun tiga barak tahanan yang terbuat dari bambu.
Sebetulnya barak-barak tersebut hanya memilik daya tampung ratusan orang saja. Tetapi beberapa bulan kemudian, datang lagi ratusan tahanan dari kamp-kamp lain yang ada di Bogor dan Sukabumi. Total jumlah tahanan yang ada di Kamp Interniran Kedung Badak adalah lebih dari 1.200 orang, jumlah yang melebihi kapasitas barak itu sendiri.
Di dalam area kamp terdapat sebuah rumah yang difungsikan sebagai tempat pengobatan. Kamp itu dijaga oleh tentara-tentara Jepang yang selalu berpatroli di antara pos-pos jaga yang dibangun di pintu masuk dan keluar.
Untuk menampung para tawanan perang itu, Jepang mendirikan kamp konsentrasi atau kamp interniran di berbagai daerah. Pada awalnya, kamp konsentrasi hanya diperuntukkan untuk tahanan perang dan penduduk sipil dari kaum lelaki berkulit putih saja. Namun setelah 1942, Jepang menahan seluruh penduduk sipil dari orang-orang Belanda, termasuk wanita dan anak-anak.
Penangkapan terhadap penduduk sipil mulai diperluas pada periode 1943-1944. Jepang mulai menangkapi semua keturunan Belanda termasuk orang-orang Indo-Eropa. Mereka semua ditempatkan dalam dua kamp terpisah yaitu kamp khusus laki-laki dan kamp khusus wanita dan anak-anak.
Orang-orang Belanda yang terbiasa hidup senang dan mewah ketika berada di kamp interniran tentu sangat menyiksa batin dan fisik mereka. Perlakuan kasar akan mereka dapatkan jika menolak untuk kerja sama dengan tentara kekaisaran Jepang. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang dikirim ke Burma untuk menjalani kerja paksa.
Sebagian besar para tahanan perang ini mengalami kelaparan karena kurangnya makanan dan obat-obatan. Penyakit menular pun mudah muncul terutama karena tempat yang lembab dan buruknya pelayanan kesehatan. Ribuan jiwa orang-orang Belanda melayang saat berada di kamp interniran ini.
Di Bogor salah satu kamp interniran berada di wilayah Kedung Badak. Daerah ini terletak tidak jauh dari aliran Sungai Ciliwung dan berada di wilayah Tanah Sareal, Kota Bogor.
Kedung Badak dahulu dikeliling lahan persawahan dan perkebunan karet. Ada rumah penampungan karet yang letaknya dekat Sungai Ciliwung. Jalan masuk ke area ini dulu dipenuhi oleh jajaran pohon-pohon palem di sepanjang jalannya.
Di Bogor terdapat beberapa kamp interniran yang didirikan Jepang untuk menawan penduduk sipil dan tahanan militer. Beberapa kamp tersebut antara lain berada di Kota Paris, Paledang, Ursuliner Kloster, Kalapanunggal, Kedung Halang, Sempur dan Kedung Badak.
Pada Oktober 1942, ratusan orang tahanan pria dari Ursulin Kloster dipindahkan ke Kedung Badak. Untuk menampung para tahanan itu, Jepang membangun tiga barak tahanan yang terbuat dari bambu.
Sebetulnya barak-barak tersebut hanya memilik daya tampung ratusan orang saja. Tetapi beberapa bulan kemudian, datang lagi ratusan tahanan dari kamp-kamp lain yang ada di Bogor dan Sukabumi. Total jumlah tahanan yang ada di Kamp Interniran Kedung Badak adalah lebih dari 1.200 orang, jumlah yang melebihi kapasitas barak itu sendiri.
Di dalam area kamp terdapat sebuah rumah yang difungsikan sebagai tempat pengobatan. Kamp itu dijaga oleh tentara-tentara Jepang yang selalu berpatroli di antara pos-pos jaga yang dibangun di pintu masuk dan keluar.
Jika dilihat dari peta Hindia Belanda dari tahun1946, diperkirakan lokasi kamp di Kedung Badak (garis kotak) berada di lokasi yang sekarang menjadi Sekolah SDN Kedung Badak 2 dan sekitarnya.
Pada Februari 1944, semua tahanan lelaki dipindahkan ke kamp di Cimahi. Setelah itu, Kamp Kedung Badak mulai digunakan untuk menampung wanita dan anak-anak yang didatangkan dari daerah lain seperti Kotaparis, Sukabumi, Pekalongan, hingga Tegal.
Para wanita dan anak-anak itu ditempatkan dalam barak tahanan yang terbuat dari bambu. Dari November 1944 sampai Maret 1945 Kamp Kedung Badak menjadi tempat penampungan sementara bagi tahanan yang akan dikirimkan dari Bandung menuju Jakarta.
Setelah peristiwa pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menyerah pada Agustus 1945. Tentara Sekutu yang terdiri dari Inggris, Australia dan Belanda mengambil alih keadaan di Indonesia. Di Kedung Badak, para tawanan yang terdiri dari wanita dan anak-anak dipindahkan ke tempat pengungsian di Kotaparis.
Kamp Kedung Badak dikosongkan, lalu digunakan sebagai pos penjagaan oleh tentara Inggris dan Belanda. Pos-pos jaga didirikan di Jembatan Satu Duit, tentara militer memeriksa para penduduk yang masuk maupun keluar Bogor.
Setelah pemerintah Republik Indonesia mempunyai kedaulatan penuh atas negaranya, Kamp Kedung Badak dihancurkan lalu daerah itu dijadikan sebagai asrama tentara.
Pada Februari 1944, semua tahanan lelaki dipindahkan ke kamp di Cimahi. Setelah itu, Kamp Kedung Badak mulai digunakan untuk menampung wanita dan anak-anak yang didatangkan dari daerah lain seperti Kotaparis, Sukabumi, Pekalongan, hingga Tegal.
Para wanita dan anak-anak itu ditempatkan dalam barak tahanan yang terbuat dari bambu. Dari November 1944 sampai Maret 1945 Kamp Kedung Badak menjadi tempat penampungan sementara bagi tahanan yang akan dikirimkan dari Bandung menuju Jakarta.
Setelah peristiwa pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang menyerah pada Agustus 1945. Tentara Sekutu yang terdiri dari Inggris, Australia dan Belanda mengambil alih keadaan di Indonesia. Di Kedung Badak, para tawanan yang terdiri dari wanita dan anak-anak dipindahkan ke tempat pengungsian di Kotaparis.
Kamp Kedung Badak dikosongkan, lalu digunakan sebagai pos penjagaan oleh tentara Inggris dan Belanda. Pos-pos jaga didirikan di Jembatan Satu Duit, tentara militer memeriksa para penduduk yang masuk maupun keluar Bogor.
Setelah pemerintah Republik Indonesia mempunyai kedaulatan penuh atas negaranya, Kamp Kedung Badak dihancurkan lalu daerah itu dijadikan sebagai asrama tentara.
0 Response to "Jejak kamp Jepang di Kedung Badak"
Posting Komentar