
Gedung bioskop, hiburan alternatif di masa lalu
Oktober 15, 2023
Comment
Gedung bioskop hiburan alternatif di masa lalu yang populer dan pernah menjadi tempat tongkringan anak-anak muda jaman dahulu. Hiburan di era itu memang masih sangat langka.
Selain acara kelompencapir, rapat paripurna DPR/MPR RI acara yang paling banyak diminati adalah Aneka Ria Safari dan Selekta Pop. Di tontongan itulah, rakyat Indonesia bisa tertawa lepas menyaksikan para pelawak berlagak atau penyanyi kesayangannya menyanyikan lagu cinta yang sooo melow.
Namun begitu, tidak berarti masyarakat Bogor tempo doeloe tidak memiliki alternatif hiburan yang lainnya loh, karena banyak bioskop-bioskop yang menayangkan film tengah malam atau istilah kerennya waktu itu adalah Midnight Show.
Ya, hanya menonton bioskoplah hiburan yang dapat mengenyangkan mata yang lapar akan tontonan yang seru dan menegangkan. Sampai-sampai semua bioskop yang ada di Kota Bogor mempunyai pengunjung tetapnya masing-masing.
Dimana lagi kita bisa menonton film yang dibintangi oleh aktor dan aktris favorit kita dengan suara yang menggema dan di pertengahan ketika waktunya istirahat, kita bisa keluar untuk sekedar cari angin maupun membeli makanan, lalu masuk lagi pada saat film akan dilanjutkan.
Jika kita Flashback ke era kejayaan Bioskop di Indonesia, akan ada banyak ditemukan gedung-gedung bioskop di Kota Bogor yang sudah cukup terkenal dan banyak dikunjungi. Sebut saja Bioskop Presiden yang dulu bernama Maxim di Jalan Merdeka.
Bogor Theater yang letaknya di lantai II Pasar Bogor, Ramayana Theater yang berdampingan dan pasar becek Ramayana, Bioskop Taruma di Jalan Mayor Oking, Bioskop City Ranggagading di Jalan Suryakancana, Sukasari Theater di Jalan Siliwangi, Wijaya Theater di Jalan Pemuda yang lagi enak menonton sering terganggu dengan getaran dan suara kereta yang lewat, juga Bioskop Nasional, Galaxy, dan lain-lain.
Biasanya, saat Bioskop itu akan memutar sebuah film maka pengelola bioskop akan mempromosikan film apa yang akan ditayangkan di gedung mereka. Karena dahulu belum ada sosial media, maka promosi dilakukan dengan berkeliling kota menggunakan mobil colt yang penuh tempelan poster-poster film. Dan ketika melewati tempat yang ramai, orang di dalam mobil itu akan berteriak menggunakan megaphone mengumumkan jadwal tayang dan judul film yang akan diputar sambil membagikan selebaran-selebaran dari film tersebut.
Di balik kemegahan sebuah gedung bioskop, selain menonton film ternyata bangku-bangku yang letaknya di paling belakang dekat ruangan proyektor sering menjadi tempat favorit pasangan yang sedang memadu asmara. Setelah lampu ruangan dimatikan mereka mulai beraksi. Cerita lainnya adalah penonton yang mengeluh gatal dan bentol di kulitnya sehabis menonton film lantaran digigiti serangga yang bergentayangan di bangku-bangku gedung bioskop.
Selain Bioskop, tayangan hiburan lain yang cukup murah meriah adalah Misbar alias Gerimis Bubar atau Layar Tancap. Biasanya lokasi yang dijadikan tempat menonton layar tancap adalah di sebuah lapangan atau di pinggiran jalan yang luas dekat perumahan penduduk. Dulu layar tancap sering diputar di lapangan Goodyear.
Sebelum film layar tancap dimulai, pihak panitia akan terlebih dahulu memutarkan iklan pemerintah seperti sosialisasi KB (Keluarga Berencana) maupun iklan sosial lainnya. Film-film yang sering diputar di layar tancap biasanya film action Indonesia yang dibintangi oleh Barry Prima, Adven Bangun, Dicky Zulkarnaen, termasuk juga film-film yang dibintangi oleh Benyamin S dan film barat.
Alternatif hiburan lainnya terutama bagi yang tinggal di dalam sebuah permukiman adalah menonton video dari VHS atau Video Home System, yaitu sejenis alat pemutar video kaset berjenis Betamax. Mereka yang memiliki perangkat pemutar video ini biasanya akan menyediakan ruangan bagi mereka yang ingin menonton setelah membayar karcisnya (biasanya uang recehan sebesar Rp 100,- atau Rp 50,-. Film-film yang favorit waktu itu adalah film Kungfu dan film-film fantasy seperti Voltus 5, Lionman, Megaloman, Mazingga Z, Gaban, dsb.
Seiring berjalannya waktu, stasiun-stasiun televisi swasta mulai bermunculan. Diawali oleh RCTI yang mulai mengudara dengan siaran yang hanya dapat ditangkap melalui gelombang UHF. Saat itu gelombang UHF hanya ada di perangkat Televisi berwarna saja, untuk yang memiliki televisi hitam putih harus rela merogoh kocek membeli dekoder UHF agar bisa menonton tayangan-tayangan favorit seperti acara musik Rocket dan film-film berkelas seperti Mac Gyver, Knight Rider, Air Wolf, dll.
Tayangan televisi di era 1980an masih dikuasai oleh TVRI, maklumlah stasiun TV milik pemerintah itu menjadi satu-satunya stasiun yang muncul di saluran pencarian televisi. Alhasil untuk mendapatkan hiburan di rumah sangatlah sulit, terlebih lagi acara TV baru mulai setelah pukul 16:00 di sore hari.
Selain acara kelompencapir, rapat paripurna DPR/MPR RI acara yang paling banyak diminati adalah Aneka Ria Safari dan Selekta Pop. Di tontongan itulah, rakyat Indonesia bisa tertawa lepas menyaksikan para pelawak berlagak atau penyanyi kesayangannya menyanyikan lagu cinta yang sooo melow.
Namun begitu, tidak berarti masyarakat Bogor tempo doeloe tidak memiliki alternatif hiburan yang lainnya loh, karena banyak bioskop-bioskop yang menayangkan film tengah malam atau istilah kerennya waktu itu adalah Midnight Show.
Ya, hanya menonton bioskoplah hiburan yang dapat mengenyangkan mata yang lapar akan tontonan yang seru dan menegangkan. Sampai-sampai semua bioskop yang ada di Kota Bogor mempunyai pengunjung tetapnya masing-masing.
Dimana lagi kita bisa menonton film yang dibintangi oleh aktor dan aktris favorit kita dengan suara yang menggema dan di pertengahan ketika waktunya istirahat, kita bisa keluar untuk sekedar cari angin maupun membeli makanan, lalu masuk lagi pada saat film akan dilanjutkan.
Jika kita Flashback ke era kejayaan Bioskop di Indonesia, akan ada banyak ditemukan gedung-gedung bioskop di Kota Bogor yang sudah cukup terkenal dan banyak dikunjungi. Sebut saja Bioskop Presiden yang dulu bernama Maxim di Jalan Merdeka.
![]() |
Bogor Theater di Jalan Suryakancan |
Bogor Theater yang letaknya di lantai II Pasar Bogor, Ramayana Theater yang berdampingan dan pasar becek Ramayana, Bioskop Taruma di Jalan Mayor Oking, Bioskop City Ranggagading di Jalan Suryakancana, Sukasari Theater di Jalan Siliwangi, Wijaya Theater di Jalan Pemuda yang lagi enak menonton sering terganggu dengan getaran dan suara kereta yang lewat, juga Bioskop Nasional, Galaxy, dan lain-lain.
Biasanya, saat Bioskop itu akan memutar sebuah film maka pengelola bioskop akan mempromosikan film apa yang akan ditayangkan di gedung mereka. Karena dahulu belum ada sosial media, maka promosi dilakukan dengan berkeliling kota menggunakan mobil colt yang penuh tempelan poster-poster film. Dan ketika melewati tempat yang ramai, orang di dalam mobil itu akan berteriak menggunakan megaphone mengumumkan jadwal tayang dan judul film yang akan diputar sambil membagikan selebaran-selebaran dari film tersebut.
Di balik kemegahan sebuah gedung bioskop, selain menonton film ternyata bangku-bangku yang letaknya di paling belakang dekat ruangan proyektor sering menjadi tempat favorit pasangan yang sedang memadu asmara. Setelah lampu ruangan dimatikan mereka mulai beraksi. Cerita lainnya adalah penonton yang mengeluh gatal dan bentol di kulitnya sehabis menonton film lantaran digigiti serangga yang bergentayangan di bangku-bangku gedung bioskop.
![]() |
Suasana di dalam gedung bioskop tempo dulu |
Selain Bioskop, tayangan hiburan lain yang cukup murah meriah adalah Misbar alias Gerimis Bubar atau Layar Tancap. Biasanya lokasi yang dijadikan tempat menonton layar tancap adalah di sebuah lapangan atau di pinggiran jalan yang luas dekat perumahan penduduk. Dulu layar tancap sering diputar di lapangan Goodyear.
Sebelum film layar tancap dimulai, pihak panitia akan terlebih dahulu memutarkan iklan pemerintah seperti sosialisasi KB (Keluarga Berencana) maupun iklan sosial lainnya. Film-film yang sering diputar di layar tancap biasanya film action Indonesia yang dibintangi oleh Barry Prima, Adven Bangun, Dicky Zulkarnaen, termasuk juga film-film yang dibintangi oleh Benyamin S dan film barat.
Alternatif hiburan lainnya terutama bagi yang tinggal di dalam sebuah permukiman adalah menonton video dari VHS atau Video Home System, yaitu sejenis alat pemutar video kaset berjenis Betamax. Mereka yang memiliki perangkat pemutar video ini biasanya akan menyediakan ruangan bagi mereka yang ingin menonton setelah membayar karcisnya (biasanya uang recehan sebesar Rp 100,- atau Rp 50,-. Film-film yang favorit waktu itu adalah film Kungfu dan film-film fantasy seperti Voltus 5, Lionman, Megaloman, Mazingga Z, Gaban, dsb.
Seiring berjalannya waktu, stasiun-stasiun televisi swasta mulai bermunculan. Diawali oleh RCTI yang mulai mengudara dengan siaran yang hanya dapat ditangkap melalui gelombang UHF. Saat itu gelombang UHF hanya ada di perangkat Televisi berwarna saja, untuk yang memiliki televisi hitam putih harus rela merogoh kocek membeli dekoder UHF agar bisa menonton tayangan-tayangan favorit seperti acara musik Rocket dan film-film berkelas seperti Mac Gyver, Knight Rider, Air Wolf, dll.
Sejak kemunculan televisi swasta mengisi waktu hiburan, masyarakat Bogor secara perlahan mulai meninggalkan gedung-gedung Bioskop. Sebagian besar lebih memiliih untuk membeli televisi warna baru untuk hiburan di rumah. Merek-merek televisi yang paling terkenal saat itu adalah Polytron dan Digitec, juga ada Sony, JVC, dan Blaupunk yang dianggap sebagai televisi paling mahal pada masanya.
Semakin berkurangnya penonton, membuat banyak pengelola gedung-gedung bioskop mulai gulung tikar. Sebagian mulai berganti rupa seperti Bioskop Presiden Theater yang membiarkan halamannya untuk dijadikan pasar kaget, begitu juga Ramayana Theater yang berganti menjadi Gedung Mall BTM, juga Taruma menjadi Muria Plaza, dan sisanya menjagi bangunan terbengkalai seperti Bioskop Sukasari, dsb.
Zaman sudah berganti, sarana hiburan untuk rakyat kini dengan mudah bisa didapatkan melalui perangkat ponsel pintar. Hanya berbekal kuota internet, kita sudah bisa menonton film melalui aplikasi-aplikasi favorit juga menonton hiburan di Youtube, atau sekedar berbagi sosial media.
Semakin berkurangnya penonton, membuat banyak pengelola gedung-gedung bioskop mulai gulung tikar. Sebagian mulai berganti rupa seperti Bioskop Presiden Theater yang membiarkan halamannya untuk dijadikan pasar kaget, begitu juga Ramayana Theater yang berganti menjadi Gedung Mall BTM, juga Taruma menjadi Muria Plaza, dan sisanya menjagi bangunan terbengkalai seperti Bioskop Sukasari, dsb.
Zaman sudah berganti, sarana hiburan untuk rakyat kini dengan mudah bisa didapatkan melalui perangkat ponsel pintar. Hanya berbekal kuota internet, kita sudah bisa menonton film melalui aplikasi-aplikasi favorit juga menonton hiburan di Youtube, atau sekedar berbagi sosial media.
0 Response to "Gedung bioskop, hiburan alternatif di masa lalu"
Posting Komentar